
Jakarta, 5 Maret 2025 – Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Satya Negara Indonesia (FEB USNI) menggelar Sidang Terbuka Senat dalam rangka Yudisium Program Magister (S2) dan Sarjana (S1) Semester Ganjil Tahun Akademik 2024-2025. Acara ini berlangsung di Auditorium Universitas Satya Negara Indonesia dan dihadiri oleh pimpinan fakultas, dosen, serta para lulusan yang telah menyelesaikan studinya.
Pada yudisium kali ini, FEB USNI meluluskan sebanyak 34 mahasiswa yang terdiri dari 11 lulusan Program Magister Manajemen, 5 lulusan Program Sarjana Akuntansi, dan 18 lulusan Program Sarjana Manajemen. Acara ini merupakan momen berharga bagi para lulusan yang telah menyelesaikan perjalanan akademik mereka dan siap melangkah ke jenjang karier yang lebih tinggi.
Dalam kesempatan ini, Fakultas Ekonomi dan Bisnis USNI memberikan penghargaan kepada lulusan dengan tesis dan skripsi terbaik.
Tesis terbaik Program Studi Magister Manajemen diraih oleh dr. Steffanus Sumarsono.
Skripsi terbaik Program Studi Manajemen diraih oleh Windi Patria Lestari.
Skripsi terbaik Program Studi Akuntansi diraih oleh Miya Damayanti.
Penghargaan ini diberikan sebagai bentuk apresiasi atas dedikasi dan kerja keras para mahasiswa dalam menyusun karya ilmiah yang berkualitas serta memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidangnya masing-masing.
Sejumlah lulusan FEB USNI memiliki pengalaman yang inspiratif, salah satunya adalah Muhammad Reza Alvito, S.M., yang telah melaksanakan magang di SENKO Co., Ltd, sebuah perusahaan logistik dan manufaktur di Jepang. Reza mengungkapkan rasa syukur dan kebahagiaannya setelah menyelesaikan studi, serta berharap pengalaman magangnya dapat menjadi bekal yang berharga dalam dunia kerja.
Shony Hardianto, S.M., lulusan FEB USNI lainnya yang juga menjalani magang di SENKO Co., Ltd, berbagi pengalaman dan harapannya setelah lulus.
“Harapan ke depan setelah lulus semoga bisa menerapkan ilmu-ilmu yang saya dapatkan dari Universitas Satya Negara Indonesia di kehidupan nantinya. Rencana setelah lulus ingin melanjutkan pendidikan terlebih dahulu (S2) dan sembari bekerja, saya akan mengusahakan untuk kembali bekerja di luar negeri, terutama Jepang,” ujarnya.
Shony juga mengungkapkan tantangan yang dihadapi selama magang di Jepang, terutama dalam hal bahasa dan budaya kerja.
“Tantangan terbesar adalah perbedaan bahasa karena budaya kerja di Jepang sangat berbeda dengan di Indonesia. Saya belajar bahasa Jepang selama 7 bulan sebelum berangkat untuk dapat beradaptasi dengan lebih baik,” tambahnya.