
Jakarta, 19 Oktober 2024 - Pendidikan tinggi membutuhkan kurikulum yang mampu mempersiapkan lulusannya menghadapi tantangan era modern yang dinamis. Menjawab itu semua, Universitas Satya Negara Indonesia (USNI) terus berinovasi dalam kurikulumnya. Kurikulum ini tidak hanya mengandalkan perkuliahan tradisional, tetapi juga metode interaktif yang mengasah kemampuan berpikir kritis dan analitis mahasiswa.
Rektor USNI pun menjelaskan bahwa proses pembelajaran di USNI tidak hanya terbatas pada penyampaian materi di kelas oleh dosen. Mahasiswa juga didorong untuk aktif mencari pengetahuan dari berbagai sumber, seperti jurnal, buku teks, dan studi kasus yang relevan. Mereka juga dilibatkan dalam penyelesaian proyek sebagai bagian penting dari proses belajar.
"Melalui pendekatan ini, mahasiswa tidak hanya mendengar teori, tetapi juga berpartisipasi aktif dalam diskusi dan presentasi. Harapannya, mahasiswa dapat lebih mudah menginternalisasi pengetahuan yang diperoleh," ujar Bapak Dr. Sihar P. H. Sitorus, Rektor Universitas Satya Negara Indonesia pada Sabtu (19/10/2024).
Model ini mengajarkan mahasiswa untuk menghadapi permasalahan dengan riset mendalam dan berpikir kritis guna mencari solusi sebagai sebuah keahlian penting di dunia kerja.
"Di dunia kerja nanti, perusahaan akan melihat apakah lulusan mampu menganalisis permasalahan, menawarkan solusi, dan menyampaikannya dengan efektif. Nah, ini yang kita inginkan yang kita persiapkan untuk para mahasiswa," tambahnya.
Dalam perjalanan menempuh pendidikan tinggi pun, mahasiswa sering kali menghadapi pertanyaan tentang versi terbaik diri mereka. Mengenali diri, #JadiVersiTerbaikDiri membantu mahasiswa memilih jalur karir yang tepat dan meraih sukses.
“Kita ingin mahasiswa mengenali jati diri mereka sendiri. USNI membangun lingkungan yang aman dan suportif, di mana mahasiswa bisa mengembangkan otentisitas diri dan memanfaatkan masa empat tahun kuliah sebaik mungkin,” jelas Bapak Dr. Sihar P. H. Sitorus.
Menurutnya, kampus adalah tempat aman bagi mahasiswa untuk mengembangkan otentisitas dan keterampilan diri sebelum terjun ke dunia nyata, dengan metode pembelajaran thinking, reading, dan doing.
"Di USNI, kami mendorong mahasiswa untuk melalui tahapan thinking, reading, dan doing. Tahapan terakhir, yaitu doing, sering kali adalah bagian yang paling menantang, namun penting untuk mencapai pemahaman penuh,” ungkapnya.
USNI juga berkomitmen dalam menanamkan nilai-nilai berpikir kritis kepada mahasiswanya, di mana mereka didorong untuk mempertanyakan dan menganalisis berbagai pandangan.
“Yang kami tekankan adalah pentingnya berpikir secara logis dan analitis, bukan hanya menilai sesuatu dari perbedaan agama atau latar belakang,” jelasnya.
Dengan demikian, melalui rancangan kurikulum yang komprehensif ini, USNI ingin mempersiapkan lulusan yang tidak hanya memiliki kemampuan akademis, tetapi juga keterampilan praktis yang dibutuhkan untuk bersaing di pasar kerja serta berkontribusi bagi masyarakat.